26 Desember 2008

AMROZI dkk, antara jihad dan jahat*
Oleh: Ketut Abid Halimi**

Ribuan umat Islam menangis, lantaran “pahlawan”nya yang pemberani (Amrozi dkk) tewas dibedil regu eksekusi kejaksaan agung, tepat pukul 00.00 dini hari 8 November 2008 lalu. Tapi, di belahan bumi lain ribuan umat Islam tergirang-riang, betapa tidak, Amrozi yang dielu-elukan sebagai “pahlawan” bagi umat Islam oleh kelompok tertentu, bagi-nya hanya seorang teroris yang kejam dan hewani. Anda termasuk orang yang menangisi Amrozi telah mati, atau yang mendefinisikan bahwa Amrozi memang sepantasnya mati? Bertanyalah kembali pada diri anda, walau sebenarnya hanya hati dan Tuhan andalah yang tahu.
Beberapa ikat kesimpulan pun muncul dari masing-masing kelompok akibat Kejaksaan Agung menunda dan terus- menerus menunda eksekusi mati Amrozi dkk. Mulai dari kentalnya intervensi AS, pemerintah takut akan terjadi pengeboman berjamaah di indonesia jika Amrozi benar-benar dieksekusi, hingga pemerintah memang sengaja menunggu momen yang tepat untuk kepentingan politik 2009 sehingga tepat sebagai media image building persiapan pemilu 2009 nanti. Bagi penulis, semua terkait, karena secara historis Indonesia tidak mudah lepas dari intervensi Negara adidaya (AS).

Siapa sebenarnya Amrozi dkk? Mengapa begitu santer dibicarakan, hingga menjadi perdebatan di kancah internasional pula. Benarkah Amrozi cs yang melancarkan pengeboman di pulau bali (12/10/2002)? Bagi saya, fakta yang sebenarnya hingga detik ini belum juga terungkap. Dalam tulisan Imam Samudra di bukunya aku melawan teroris (2004) “Korban bom Bali I itu (orang Indonesia) bukanlah target utama Amrozi dkk, target utama Amrozi dkk adalah Amerika dan sekutunya, pihak asing yang seenaknya menjajah umat Islam” inilah ideologi Amrozi dkk yang tidak masuk akal bagi korban, walau dengan akal sehat tampak menarik dan mestinya kitapun harus mendukung idenya. Dengan cara bagaimana? Ini yang harus didudukkan bersama.
Definisi terorisme adalah faham/gerakan yang membuat kerusakan fisik/psikis dengan melakukan kekerasan secara massal dan berturut-turut. Amrozi dkk dianggap teroris karena divonis sebagai pengebom di pulau seribu pura itu, Amrozi dkk dianggap pahlawan karena mau dan mampu melawan “musuh-musuh Islam”

Terlepas dari pro kontra masyarakat tentang Amrozi teroris atau tidak, wajah Islam bagai dilempar kotoran, Islam yang ramah, rahmat, dan rahim, telah menjadi sangar dan menakutkan. Walau tidak sedikit dari kalangan Islam yang bersikap skeptis terhadap fakta bahwa Amrozi dkk merupakan yang men-skema-kan rangkaian terorisme di Indonesia ini. Fauzan al-Ansary (Direktur Lembaga Kajian Strategis Islam) misalnya, terkesan begitu yakin terhadap kebenaran argumentasi tersebut. Demikikian juga Abu Baker Ba’asyir mengatakan “bukan Amrozi pelakunya”. Setiap muslim harus mengembalikan citra yang tercoreng. Setiap muslim harus mau dan mampu memerangi terorisme yang sejatinya, bagi saya, matinya Amrozi dkk menjadi titik balik perkembangan Islam di kemudian hari. Karena setelah ini terorisme derivatif yang akan muncul menggantikan terorisme yang di fahami masyarakat selama ini. Terorisme derivatif adalah teror secara beruntun dengan menghantam segala sektor untuk memiskinkan bangsa kita. Entah kapan, kita tunggu saja, mungkin anda atau saya yang menjadi korbannya.
Amrozi pen-jahat atau pen-jihad? Saya punya penilaian sendiri yang tidak akan mempengaruhi anda, yang terang Islam tidak pernah mengajarkan jihad seperti yang dilakukan Amrozi. ”Jihad melawan perut dan bawah perutmu” inilah hakekat jihad dalam Islam. Coba kita simak di surat al-Furqon ayat 25 “Saripati ayat tersebut menerangkan bahwa umat Islam diperintahkan berjihad dengan al-Quran untuk melawan kaum musyrik Mekkah dengan cara berargumentasi seperti yang diajarkan Quran (berdialog)” Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Nasa’i pun tidak sepakat dengan jihad definisi Amrozi dkk, karena jihad menurutnya adalah melawan hawa nafsu dan melakukan haji dan umroh yang sebenarnya. Demikian juga Sayyed Hosen Nasr, menegaskan jihad yang sesungguhnya adalah jihad melawan keterpurukan moralitas. Khaled Al-Fadl juga mengatakan, jadikan makna jihad sebagai powerfull symbol bagi ketekunan dan kerja keras. Jika demikian, kalau bukan jihad kemudian apa yang dilakukan Amrozi dkk??????
Silahkan didefinisikan!!!

* Disampaikan dalam diskusi FOSISKA
** Direktur Lembaga Pemberdayaan Ummat (LPU), Ketua LSM FOKRIS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

assalamualaikum...
maaf g3u, ne yuzy mo ngomentarin.
memang benar bahwasanya banyak yang mendukung apa yang dilakukan amrozi, sebab anggapan orang-orang yang bervariasi menyebabkan bervariasi pula pola pemikirannya sehingga berpengaruh pula terhadap keyakinan yang dimiliki. komentar saya sebenarnya sama seperti bli ketut abid, jihad tidak diartikan sebagai perlawanan dengan kekerasan saja tetapi lebih luas lagi. islam mengajarkan perdamaian, maka jihadpun juga harus dengan damai, semisal dengan berdialog tanpa kekerasan. bila masih bisa dengan cara damai mengapa dengan kekerasan seperti halnya perang yang terjadi di Palestina.
dan seperti yang telah dijelaskan tadi, jihad itu juga merupakan melawan hawa nafsu, jadi sebaik-baiknya manusia dia adalah yang bisa bermanfaat bagi dirinya, dapat melawan nafsunya, berjihad bagi dirinya, baru sesudah itu bisa bermanfaat bagi orang lain.
saya kira cukup, wassalamualaikum...

Posting Komentar