14 Januari 2009

DINAMIKA atau POCO-POCO (Bagian II)

oleh: Rangga Sa'dillah*

Bisa dikatakan Islam zaman Rasulullah adalah fase perkembangan pertama islam. Meskipun Islam pada mulanya dikatakan sebagai foreign doctrin lama-kelamaan Islam bisa diterima dan telah mendarah daging, sehingga sulit bagi mereka yang telah jatuh cinta terhadap Islam melepaskan keyakinannya begitu saja. Terbukti, banyak para sahabat yang telah memeluk Islam dan mendapatkan ancaman dari kaum Kafir Quraisy dengan gigihnya mereka tetap mempertahankan keyakinan yang mendarah daging tersebut (Islam).



Pada masa Khulafa' Arrasyidin Islam mengalami pasang surut. Masa tersebut Islam mengalami masa transisi dari periode Rasulullah. Kebanyakan periode tersebut tenaga mereka terkuras dikarenakan menghadapi pemberotakan-pemberontakan. Sempat mengalami kemajuan pada Khalifah Umr bin Khattab Beliau telah melakukan ekspansi salah satu dari hasil ekspansi, sehingga wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Syirian, dan sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Namun, ternyata masa keemasan ini tidak berlangsung lama Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib banyak disibukkan dengan pemberontakan-pemberontakan. Sekali lagi apakah yang lebih pantas "poco-poco" atau "dinamika"?



Periode baru dimulai gaya kepemimpinan baru pun diperkenalkan. Memang Rasulullah menyerahkan persoalan pergantian kepemimpinan pasca Beliau kepada kaum Muslimin. Karena itulah, Muawwiyah yang segaris keturunan dari Khalifah Utsman bin Affan berani mengambil kepemimpinan pasca Khulaurrasyidin berkuasa. Kepemimpinan Islam pada masa ini memang sangat beda dengan yang sebelum-sebelumnya (Khulafaurrasyidin) karena Muawwiyah menerapkan sistem kerajaan. Hal ini terbukti dengan diangkatnya Yazid bin Muawwiyah menjadi Putra Mahkota calon penggantinya kelak.



Hal yang positif dari kepemimpinan Khulafaurrasyidin benar-benar menerapkan sistem musyawarah (demokratis). Namun, beda halnya dengan Dinasti Umayyah pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiherideti. Kekhalifahan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi dan tipu daya. Tampaknya Muawiyah bermaksud meniru monarchi di Persia dan Bizantium. Kekuasaan Bani Umayyah ini kurang lebih 90 tahun. Khalifah-khalifah besar dinasti Umayyah adalah Muawwiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), dan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M).



Secara garis besar Islam pada masa Dinasti Umayyah telah go up pada wilayah kekuasaannya. Tercatat Kepemimpinan Al-Walid bin Abdul Malik telah berhasil membawa panji Islam sampai menuju Eropa, juga atas jasa trio penakluk Cordova Islam bisa berdiri Spanyol, mereka adalah (Tahrif bin Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair). Sempat Islam mengalammi kemajuan disana sampai-sampai melahirkan difusi kebudayaan. Disana Islam juga sempat melahirkan sarjana-sarjana yang kompeten seperti Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh (Ibn Bajjah) ahli Filsafat, Al-Farabi seorang ahli filsafat, Ibn Sina seorang ahli filsafat dan kedokteran, Al-Hasan bint Abi Ja'far ahli kedokteran wanita, Ibn Jubair seorang ahli Geografi, Ziyad bin Al-Rahman seorang ahli Fiqih, Al-Hasan bin Nafi seorang ahli seni, Al-Hajj seorang ahli Bahasa. Hampir semua sektor ilmu pengetahuan dikuasai oleh kaum Muslimin. Sehingga, mengakibatkan kaum Kristen yang berada didaerah sekitar sana menjadi iri atas kemajuan Islam. Sehingga, pada saat itu wilayah kekuasaan Islam bertambah luas sampai keantero Eropa. Bisa dikatakan Islam maju ketika zaman tersebut dalam hal wilayah kekuasaan.



Namun, apakah yang terjadi dengan Islam pada masa Yazid? Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk menagmbil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein bin Ali, dan Abdullah nin Zubair. Bersamaan dengan itu Syiah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuaan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin Ali. Pada tahin 680 M, ia pindah dari Makkah ke Kuffah atas permintaan golongan Syiah yang ada di Irak. Umat Islam pada daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husei sebagai Khalifah . Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbala, sebuah daerah dekat Kuffah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala.



Memang sempat terjadi konflik pada masa Khalifah Yazid konflik tersebut terkenal dengan sebutan padang Karbala peristiwa terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu kesayangan Rasulullah. Beda halnya masa Khlaifah Umar bin Abdul Al-Aziz (717-720 M) Beliau adalah seorang yang alim prioritas utama Beliau adalah pembangunan dalam negeri. Belum lagi Islam sempat berkembang keKhalifahan diganti oleh Yazid bin Abdil Malik (720-724 M) penguasa yang satu ini terlalu gandrung dengan kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan masyarakat. Rakyat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi dengan kepemerintahan Yazid bin Abdil Malik Akhirnya, sepeninggal Khalifah Hisyam bin Abd Al-Malik yang mana Khalifah-khalifah tersebut bermoral buruk maka pada tahun 750 M, daulat Bani Umayyah digulingkan oleh Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas.


* penulis adalah mahasiswa tarbiyah dan aktif dalam forum diskusi FOSISKA

0 komentar:

Posting Komentar